Minggu, 30 November 2014

[KLIPING] MONOLOG TENTANG KETUNAGUNAAN ILMU


::: Oleh Hidajat Nataatmadja (1982)

Kalau Anda seorang mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah matematika pada seorang profesor di perguruan tinggi bertanya, “Pak Profesor, apakah Anda sedang berpikir, sedang mengajar, atau sedang melukis papan tulis?” Saya tanggung keungkinan besar Anda dikeluarkan dari fakultas, sebagaimana seorang murid Plato pernah diusir, karena bertanya mengenai kegunaan matematika yang sedang diajarkan Plato. Itu hanya sebuah contoh bahwa, bagi saya, sikap ilmuwan tidak banyak berubah dalam selang waktu 2500 tahun. Saya tidak sependirian dengan Jujun Suriasumantri, bahwa situasi jaman Plato sudah banyak berbeda dengan situasi di jaman modern.

Minggu, 23 November 2014

Selalu antara Engkau dan Tuhan

Oleh : Bunda Theresa

Orang kerap kali tak bernalar, tak logis dan egois
...Biar begitu, ma'afkanlah mereka

Bila engkau baik, orang mungkin akan menuduhmu menyembunyikan motif egois
...Biar begitu, tetaplah bersikap baik

Bila engkau jujur dan berterus terang, orang akan menipumu
...Biar begitu, tetaplah jujur dan berterus terang

Bila engkau sukses, engkau akan mendapati teman-teman palsu dan dan teman-teman sejati
...Biar begitu, tetaplah meraih sukses

Kamis, 13 November 2014

Dagang Game 2014


Saya pernah cerita kan, sering malah ya..
kalau saya ini guru paling beruntung di dunia, saya guru kemenag yang setiap tahun memperoleh kesempatan untuk belajar dengan dengan guru kemdiknas dari seluruh Indonesia, tanggal 7 - 9 Oktober 2014 lalu di ajang Best Practice Guru 2014 dan tiga hari kemarin 11 - 13 November 2014 di ajang Lomba Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran 2014, disinipun saya belajar bersama guru guru keren dari seluruh Jawa Tengah, yang bikin amaze walau ajang ini diselenggarakan oleh kemdiknas, saya nih yang guru Kemenag boleh banget ikut serta..... (biasa aja kali ya, sensitif amat ya sayanya)


Senin, 10 November 2014

I always break the rules



Perasaan ini galau atau gemes, saya sendiri juga nggak tahu.
Intinya masih sama, saya resah dengan pendidikan kita saat ini

Atau saya resah sama diri sendiri ya...

Sejak tahun 2007 sampai sekarang masih sama, malah semakin mantap...
Sumpah saya beberapa bulan ini males ngomongin pendidikan kita,  pokoknya baru males aja, yang dibahas itu itu saja, kalau saya nulis sesuatu di sebuah grup guru, biasanya akan saya tinggal begitu saja, saya males baca komentar dibawahnya, daripada ilfill mending nggak deh...
Tapi, gara gara baca artikel pak Rhenald juga buku 30 paspor, juga diskusi sedikit sama Irma kemarin, kayak ada yang narik...heeey jalur mu udah bener terusin aja. Apalagi pak Rhenald yang Professor saja juga mengalami hal yang sama seperti saya, dikucilkan dan dimarah sana sini


Selasa, 04 November 2014

[KLIPING] Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti

Oleh : Rhenald Kasali

Senin, 3 November 2014 | 05:45 WIB



KOMPAS.com — Saya kebetulan mentor bagi dua orang ini: Dian Sastro dan Mooryati Soedibyo. Akan tetapi, pada Susi Pudjiastuti yang kini menjadi menteri, saya justru belajar.

Ketiganya perempuan hebat, tetapi selalu diuji oleh sebagian kecil orang yang mengaku pandai. Entah ini stereotyping, atau soal buruknya metakognisi bangsa. Saya kurang tahu persis.

Mooryati Soedibyo

Sewaktu diterima di program doktoral UI yang pernah saya pimpin, usianya saat itu sudah 75 tahun. Namun, berbeda dengan mahasiswa lain yang datang pakai jins, dia selalu berkebaya. Anda tentu tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkebaya, bukan?


KOMPAS/AGUS SUSANTO Mooryati Soedibyo, pengusaha jamu dan kosmetika tradisional

Akan tetapi, ia memiliki hal yang tak dimiliki orang lain: self discipline. Sampai hari ini, dia adalah satu-satunya mahasiswa saya yang tak pernah absen barang sehari pun. Padahal, saat itu ia salah satu pimpinan MPR.

Memang ia tampak sedikit kewalahan "bersaing" dengan rekan kuliahnya yang jauh lebih muda. Akan tetapi, rekan-rekan kuliahnya mengakui,  kemajuannya cepat. Dari bahasa jamu ke bahasa strategic management dan science yang banyak aturannya.

Teman-teman belajarnya bersaksi: "Pukul 08.00 malam, kami yang memimpin diskusi. Tetapi pukul 24.00, yang muda mulai ngantuk, Ibu Moor yang memimpin. Dia selalu mengingatkan tugas harus selesai, dan tak boleh asal jadi."

Masalahnya, ia pemilik perusahaan besar, dan usianya sudah lanjut. Ada stereotyping dalam kepala sebagian orang. Sosok seperti ini jarang ada yang mau kuliah sungguhan untuk meraih ilmu. Nyatanya, kalangan berduit lebih senang meraih gelar doktor HC (honoris causa) yang jalurnya cukup ringan.

[KLIPING] Anak-anak Kita Bukanlah Burung Dara yang Sayapnya Diikat

Oleh : Rhenald Kasali
Sabtu, 4 Oktober 2014 | 10:00 WIB


Pada abad ke-15, seorang pelaut tangguh mengangkat layar kapalnya menyeberangi lautan. Tujuannya adalah pusat rempah-rempah di timur.

“India.” Ia berseru pada semua awak kapalnya. “Kita telah mendarat di India.”

Anda mungkin sudah bisa mereka siapa yang saya maksud. Ya, dia adalah Christopher Colombus. Alih-alih mendarat di India seperti janjinya pada ratu Isabel yang membiayai misi perjalanannya (untuk memperkuat posisi Spanyol dalam perdagangan rempah-rempah yang terputus akibat Perang Salib), Colombus justru mendarat di  Amerika.

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...