Kamis, 25 Oktober 2012

Cara AMPUH Merebut Hati Murid



Kereenn!!
Alhamdulillah ya Allah, telah mempertemukan saya dengan seseorang yang keren seperti pak Joko Wahyono. Buku nya keren sekali, buku ini sangat sangat mewakili apa yang saya rasakan selama ini, tapi saya tak berdaya untuk merubahnya, buku ini dengan humble mengajak pembacanya untuk merubah paradigma yang sudah ada tentang bagaimana berada bersama anak anak eh murid murid kita

Menurut saya guru itu mau tidak mau merupakan seorang penentu masa depan murid muridnya, terus dimana tanggungjawab orang tua?.... 

Persepsi ini terbentuk karena masih banyak orang tua yang tidak mampu mengatasi perkembangan anak anak mereka. Ada yang memang sibuk dan tidak menyempatkan,ada yang memang tidak mampu. Tidak mampu karena keadaan yang membuat mereka seperti itu, bagaimana tidak? memenuhi kebutuhan makan setiap hari saja mereka pusing apalagi harus belajar parenting.
By the way persepsi saya ini diluar beberapa fenomena keluarga homeschooling yang mulai banyak tumbuh beberapa tahun belakang ini, dimana orang tua yang menyadari bagaimana peran mereka dalam pendidikan anak, mau untuk kembali dan terus belajar bersama anak anak mereka hingga mencari pola yang tepat untuk belajar bersama putra putri mereka.

Itulah mengapa saya berpikir, guru memiliki peran yang sangat vital bagi perkembangan anak didiknya.

Buku cara AMPUH merebut hati murid dibagi menjadi empat bagian, bagian pertama adalah bagaimana guru menjadi harapan murid muridnya, jadi ingat ungkapan William Arthur Ward-The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires. Bagian kedua berisi penjelasan apa itu cara AMPUH (Asertif, Menghargai Murid, Pandai membina hubungan baik, Usaha Optimal, Hindari Kekerasan dan Rasa takut) . Bagian tiga cara AMPUH dalam kisah kisah Inspiratif dan Bagian Terakhir Profil Guru Ampuh yang menjadi Magnet para siswanya (dibagian ini ada sedikit sharing dari saya lho…)

Di bagian satu ada yang bikin saya mak deg, di halaman 25 dituliskan Hasil survey yang dilakukan UNICEF pada tahun 2006, 90% guru di Indonesia menghukum murid muridnya dengan cara menyetrap dan membentak, sedangkan 47% menghukum murid untuk membersihkan WC. Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian saya tahun 2008 walau skopenya tidak sebesar penelitian UNICEF, hasilnya sama 90% menghukum secara fisik dan psikis.
Alasan guru menghukum sebagian besar adalah karena murid tidak disiplin, malas belajar, menunda tugas, lamban, bolos, merokok, mengobrol saat pelajaran, tidak patuh aturan. Tapi pernahkah guru bertanya mengapa murid bertindak tidak disiplin?


Di halaman berikutnya juga disampaikan guru mengajarkan kedisiplinan tetapi sering terlambat masuk kelas, guru melarang muridnya merokok, namun guru tersebut merokok, guru bicara kejujuran, namun ia mengatur strategi untuk bermain cantik ketika ujian nasional, guru minta dihargai tapi mereka mencemooh dan mempermalukan muridnya, guru diskriminatif, melakukan kekerasan dan lain lain. Jika ingin memperbaiki dan membuat anak anak itu menjadi anak anak yang berkepribadian dan berkarakter yang baik, guru harus memulainya, karena mereka teladan bagi muridnya. (p.27)

Sebuah riset yang dilakukan oleh S. Paul Wright, Sandra Horn dan Wilillam Sanders (1997) terhadap enampuluh ribu siswa memberi pelajaran berharga kepada semua yang terlibat dalam dunia pendidikan mengenai betapa pentingnya memperhatikan sosok guru yang mengajar anak anak. Hasil riset yang mereka lakukan menunjukkan bahwa faktor paling penting yang berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan belajar murid adalah guru. Oleh karenanya jika anak anak kurang bergairah saat belajar, pertanyaan pertama yang harus dijawab secara tuntas sebelum memanggil orang tua adalah bagaimana guru mengelola kelas dan menjalin hubungan dengan murid muridnya. Di samping itu ada pertanyaan lain yang harus dijawab, yaitu apakah guru memiliki integritas pribadi atau tidak. Ini beranti kompetensi saja tidak cukup. (p.37-38)

Wuih yuuuk refleksi, tidak ada anak bodoh, tidak ada anak nakal, yang ada kita yang belum bisa memahami anak anak itu. Kita guru dan orang dewasa yang berada di sekitar anak anak itu, yang semestinya memahami proses tumbuh kembang anak anak kita. Dalam memahami proses ini semestinya kita memandang mereka dengan kacamata mereka, menempatkan diri kita sebagai mereka, untuk kemudian kembali ke kedewasaan kita untuk dapat berpikir bijak mencari cara mendampingi mereka dengan tepat

Jreng jreng jreng mau tau caranya jadi guru efektif, guru “magnet” bagi anak anak, ada cara AMPUH untuk itu di bagian 2 dari bab 3 – bab 7 dituliskan langkah demi langkah jitu. Bagaimana kita Asertif dalam bertindak, bagaimana kita menghargai murid, bagaimana membina hubungan dengan mereka, bagaimana berkomunikasi efektif dengan murid murid kita, bagaimana membangun keyakinan diri untuk selalu berpikir positif dan yakin terhadap murid murid kita dan yang terakhir bagaimana melakukannya tanpa kekerasan dan rasa takut.

Guru yang pengertian bukanlah guru yang membawa setumpuk peraturan untuk ditaati para murid, tetapi yang selalu berdialog untuk membuat kesepakatan tentang cara menjalankan kelas dengan baik dan lancar. (p.76)

Betapa banyak batasan yang membelenggu pikiran dan sikap manusia. Keyakinan negative, rasa takut dan cemas yang dialami pada masa lalu sering membuat mereka terjebak dalam akuarium ganda. Begitu banyak peluang yang datang, tetapi karena rasa takut mereka tidak segera menangkapnya. Begitu banyak anak anak cerdas yang tidak diupayakan secara maksimal karena mereka terbelenggu oleh rasa cemas, kurang percaya diri, rendah diri dan merasa kurang berarti di lingkungan mereka, anak anak itu tidak mau keluar dari batas batas itu, mereka tidak sanggup menabraknya, bahkan terus dipertahankan hingga dewasa. Sekalipun batasan itu menghancurkan kehidupan mereka, sehingga banyak juga yang bahagia dalam kesengsaraan dan kebodohan (p.106)
Satu paragraf yang cukup membuat saya terhenyak…

Ada lagi  yang disebut dengan Sekolah Ramah Anak, Konferensi Segi Tiga, wah yang ini bener bener keren, mau tahu bagaimana mewujudkan sekolah ramah anak dan yang dimaksud dengan konferensi segi tiga baca yuuk buku worth it ini, inspiratif!!, semuanya disajikan dengan terinci, mudah dipahami dan juga mudah dipraktekan. Kuncinya hanya satu, buka hati anda, buka pikiran anda untuk dapat menerima sesuatu hal yang mungkin baru dan bertentangan dengan paradigm lama kita. Yuuuk berubah untuk lebih baik, untuk menjadi guru guru anak bangsa ini, guru guru yang menginspirasi mereka menjadi manusia manusia yang lebih baik untuk Indonesia yang lebih baik. Semangaaaattt!!...(^.^)/..
daaaaan sedikit sharing saya ada di bab terakhir hihihi numpang beken.. :)

1 komentar:

  1. sy telah membaca buku ini sy tertarik setelah ketemu Bp. Djoko Wahyono sendiri di Balikpapan ternyata memang bagus dan perlu dibaca oleh para guru di Indonesia supaya mereka benar2 menjadi guru yang dirindukan murid lalu dengan sendirinya murid akan menyukai mata pelajarannya dan akan menguasai pelajaran tersebut

    BalasHapus

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...