Selasa, 17 Januari 2012

Charlotte Mason di Kelasku - 1

charlottemasoncollege.freeservers.com
Menggabungkan apa yang sudah ada di kepala tentang pembelajaran di kelas dan pendidikan karakter anak bangsa ini dengan kurikulum sesuai Standar Isi yang telah ditetapkan Pemerintah memang bukan hal yang gampang.

Banyak keluhan yang saya baca baik di milis guru maupun di grup guru, mengenai pertentangan antara nilai akademik dengan soul atau Jiwa dari mata pelajaran yang diampu. Ada lagi kendala tentang banyaknya jumlah mata pelajaran dan materi yang harus tersampaikan, juga target Ujian Nasional yang harus dicapai.

Saya ingat beberapa postingan Ellen Kristi mengenai metode Charlote Mason. salah satu metode charlote mason adalah konsepnya tentang habit training sebagai teknik praktis pendidikan karakter. Education is a discipline, kata Charlotte. Disiplin itu berarti orangtua secara terencana dan sistematis melatihkan kebiasaan-kebiasaan baik ke dalam hidup sehari-hari anak. Seorang anak yang telah terbiasa memikirkan perkara-perkara mulia dan luhur, sampai kebiasaan itu terbentuk sebagai karakternya, akan lebih sulit mengubah dirinya menjadi pribadi yang suka berpikir jahat. Charlotte mengumpamakan habit training ini seperti proses memasang rel-rel kereta api. Sudahkah orangtua secara serius memikirkan jalur mana yang musti ditempuh anak agar gerbong-gerbong kehidupannya bisa sampai ke stasiun tujuan? Maka ke sanalah sepatutnya mereka secara konsisten memasang lintasan-lintasan yang nyaman untuk dilewati agar “si pelancong kecil bisa melaju dengan kecepatan penuh”. Yang tak kalah penting adalah prinsip Education is an atmosphere, anak menyerap pengaruh lingkungan sama seperti ia menghirup udara untuk bernafas, maka orangtua dan guru musti bertindak selaras dengan perannya sebagai pemberi inspirasi bagi anak-anak. Seperti kata Naomi Aldort, raising children is raising ourselves, mendidik anak-anak pada hakikatnya adalah mendidik diri sendiri. (source : http://www.cmindonesia.com/1/post/2011/11/10-karakteristik-pendidikan-charlotte-mason.html)

Charlote Mason adalah seorang guru inspiratif buat saya, membaca ringkasan-ringkasan Ellen Kristi di Group CM membuat saya menyadari betapa pentingnya menumbuhkan kesukaan belajar pada anak-anak saya (baca: murid-murid) secara alami, berikut beberapa ringkasan itu :



Menyalahgunakan salah satu dari hasrat alami anak lebih dari porsi yang semestinya berisiko melumpuhkan hasrat akan pengetahuan, yang harus menjadi motivasi utama dari proses belajar. Sistem peringkat, nilai, dan sejenisnya membuat anak hanya mau belajar jika ada hadiah atau hukuman (reward and punishment). Para siswa cuma tergerak untuk membaca kalau diberitahu bahwa bahan bacaan itu akan keluar waktu ujian. Pikiran mereka dangkal dan pasif, menunggu guru mengunyahkan pelajaran bagi mereka. Guru terpaksa harus bekerja keras menyajikan pelajaran yang menghibur supaya mereka mau tetap memperhatikan. Nanti setelah lulus sekolah, mereka cenderung menjadi pekerja tanpa motivasi, sekedar melewati hari demi hari dalam pekerjaan yang sebetulnya tidak memuaskan batin mereka. Mereka orang-orang yang penurut dan baik hati, tapi tanpa kebesaran karakter; mereka tak punya dan tak berani mengejar cita-cita yang lebih mulia. - Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of Education, pp. 80-93 (10) 

[Mempermainkan Hasrat Alamiah] Sekolah dan guru acap memupuk hasrat yang salah dalam diri anak demi mencapai target dan tujuan mereka, khususnya hasrat untuk menonjol, bersaing, dan memperoleh pujian. Hasrat alamiah ini dimanfaatkan habis-habisan supaya anak mau bekerja lebih keras. Ketika siswa-siswa itu mencetak nilai tinggi atau menjadi juara di berbagai perlombaan, nama sekolah makin harum, makin banyak orangtua yang tertarik untuk mendaftarkan anaknya ke sana, tapi semua itu harus dibayar dengan padamnya hasrat alami anak untuk belajar. Semua ini berujung pada “pemelaratan kepribadian” ketika selera intelektual anak menjadi sempit, sebab ia tidak lagi mengejar pengetahuan semata-mata karena ia cinta belajar, melainkan tujuan-tujuan pragmatis yang lebih rendah. - Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of Education, pp. 80-93 (6) 



Sejak lama saya mempunyai keinginan untuk membuat materi dalam mata pelajaran saya seringan kapas sehingga pembelajaran di kelas bisa menyenangkan, sehingga lagi anak-anak menyukai proses belajarnya. Banyak cara saya lakukan namun menurut saya semua belum pas mengena sasaran Standar Isi yang ditetapkan oleh Pemerintah--saya ingin anak-anak paham betul dan terinspirasi, saya ingin membuat link antara pembelajaran yang menyenangkan dan alami dengan kurikulum pemerintah.


Menurut saya inovasi pembelajaran yang selama ini saya lakukan, yang pernah menang beberapa kali dalam perlombaan tingkat nasional sekalipun, masih terasa dangkal dan belum tepat mengena sasaran--misalnya tentang accounting game, meskipun anak-anak dapat memahami apa itu transaksi dan pencatatannya, namun mereka tetap kesulitan ketika memasukkannya ke dalam jurnal umum dst hingga laporan keuangan--saya masih belum bisa menemukan metode yang pas untuk akuntansi--yang bisa menumbuhkan hasrat alami mereka mempelajari ini

Namun untuk materi yang lain seperti Uang dan Bank menurut saya cukup berhasil dengan mengajak mereka mengelola keuangan sendiri seperti yang pernah saya tulis disini
, model pembelajaran ini sangat pas dan menyenangkan, secara tidak sadar anak-anak banyak belajar tentang uang, transaksi di Bank dan juga bagaimana mengelola uang mereka--mereka tahu apa yang saya ajarkan pasti tidak keluar di test tengah semester, test akhir semester bahkan Ujian Nasional--tapi mereka semua dengan senang hati mau melakukan, karena mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan akan berguna bagi kehidupan mereka kini dan kelak

Tapi apa yang akan terjadi jika ceramah bertele-tele dibuang, bersama buku-buku teks dan modul-modul membosankan, lalu di tangan anak-anak itu ditaruh buku-buku terbaik, baik dari segi daya inspirasi gagasan di dalamnya maupun keindahan literer cara bertuturnya? Selera belajar anak akan segera bangkit, segenap daya pikirnya dikerahkan, anak mendidik dirinya sendiri, jiwanya diberi makan, karakternya bertumbuh. - Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of Education, pp. 80-93 (11) 

Sekolah akan menjadi berkat bagi anak jika di dalamnya anak berkenalan dengan buku-buku yang penuh ide berharga dan dilatih menarasikannya, sehingga ia memperoleh bukan hanya pengetahuan tetapi juga keterampilan mengungkapkan pendapat. Dengan cara ini, sekolah tidak akan sekedar menjadi tempat menjejalkan hafalan supaya anak lulus ujian. Jika sekolah menjalankan metode pendidikan yang benar, anak akan kembali pada fitrahnya: mencintai proses belajar demi kesenangan belajar itu sendiri. - Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of Education, pp. 80-93 (7)

Kemudian saya coba menggabungkan materi Manajemen, Kewirusahaan dan Koperasi (yang seharusnya diajarkan dalam waktu satu bulan ini, karena februari dan maret waktunya drill soal untuk Ujian Nasional. Beberapa guru lain bahkan sudah memulainya awal semester ini )

Anak-anak saya bagi kelompok kemudian saya minta untuk membaca buku
yang berbeda, Kepemimpinan dan Manajemen nabi Muhammad karya Muhammad Antonio, Steve Job-Isaacson, 10 Pengusaha Sukses Berbisnis dari Nol, Rahasia Bisnis Orang Cina, dan Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank, banknya orang miskin di Bangladesh--tiap kelompok saya minta menarasikan apa isi buku-buku itu--anehnya mereka nggak menolak, padahal jelas-jelas gak bakal keluar di Ujian Nasional-
Baru kali ini mereka membaca buku yang agak serius, sebelumnya tentu saja, saya menceritakan sedikit isi buku-buku itu dan apa yang menarik dari buku itu--sampai seorang anak nyeletuk--"pantes jadi sales buku.." hehe
Untuk cerita yang ini nanti akan saya tulis di thread tersendiri..*sabar ya masih ongoing soalnya

Lesson Plan saya selanjutnya, hampir sama, saya akan mengajak mereka jalan-jalan, nonton film dan baca buku yang nyata, yang bisa mereka lihat dan rasakan yang berhubungan dengan materi pelajaran saya tentunya, ada kemiskinan, ada pengangguran, ada produksi, konsumsi, distribusi, ada pendapatan nasional, APBN, indeks harga, inflasi, pasar modal, pasar uang, pasar input, pasar output, sistem ekonomi dan masih banyak lagi yang jelas bukan hal-hal abstrak yang banyak ada di textbook-textbook wajib yang menumpuk di perpustakaan.

Semangaatt!!...(^.^)/...

1 komentar:

  1. mba salam kenal ya , saya banyak terinspirasi dari blog mba, dan Blog Irma,

    BalasHapus

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...