Minggu, 24 Oktober 2010

Sang Pencerah bagi Seorang Guru


Terlepas dari film tentang sejarah berdirinya Muhammadiyah, banyak sekali hal yang diperoleh dari film inspiratif ini.

Terutama bagaimana seseorang berjuang ikhtiar untuk memperjuangkan apa yang diyakini benar. Perjuangan, intimidasi yang dialami membuat Ahmad Dahlan lebih kuat dan percaya diri. Pertentangan-pertentangn yang terjadi antara kebenaran Agama dan budaya yang sudah ada berabad-abad juga mewarnai film ini. Seperti misalnya sesaji, upacara 7 hari, 40 hari yang dalam aturan agama tidak ada.

Dalam film ini juga diungkapkan bagaimana Ahmad Dahlan di kucilkan oleh penduduk kauman, dihujat kafir, hingga langgar atau mushola kecil di depan rumahnya dibakar oleh massa karena dianggap agama yang diajarkan Ahmad Dahlan tidak benar.

Metode pembelajaran Ahmad Dahlan juga sangat menarik. Jika di sekolah kita sekarang ada murid kentut pada saat seorang guru memberi salam pembuka, hampir dipastikan murid tersebut akan dihukum habis-habisan

Beda dengan Ahmad Dahlan, dari membahas kentut saja dia bisa menjelaskan ilmu biologi, fisika dan agama.

Bagaimana dengan kita?

Ahmad Dahlan dengan berani mengubah sistem belajar yang berbeda, daripada mendengar apa kata guru, lebih baik, ungkapkan apa yang ingin kalian ketahui. Jadi murid dipancing untuk berani bertanya, berani mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, hingga berani beropini.

Ketika ada seorang murid yang bertanya mengenai “apa itu Agama?”—Ahmad Dahlan menjawabnya dengan memainkan biolanya dengan indah. Dia meminta pendapat pada muridnya, apa yang kalian rasakan. Jawab muridnya, Indah dan menyejukkan hati. Itulah Agama, kata Ahmad Dahlan.

Kemudian seorang murid disuruh memainkan biolanya, dan suara ngak ngek ngok memusingkan kepala dan tidak enak ditelinga pun keluar, karena si murid tidak tahu cara memainkannya. Ahmad Dahlan kembali bertanya pada muridnya, apa yang kalian rasakan. Jawab muridnya, rusak dan kacau. Apa kata Ahmad Dahlan, itulah agama.

Kesimpulan nya, Agama jika dilakukan dengan baik sesuai aturan Al Qur’an dan Hadits maka dia akan terasa indah dan menyejukkan hati. Namun jika tidak maka akan kacau dan rusak.

Pembelajaran seperti ini pasti sangat merasuk ke dalam sanubari seorang murid, mereka akan memasukkan konsep tersebut ke bawah sadarnya, dan akan mengingat dan mengamalkannya hingga akhir hayat.

Bandingkan lagi dengan murid kita sekarang, ketika mereka beropini dan dimata kita opini tersebut salah, maka yang terlontar adalah, tidak sopan, tidak bermoral. Tanpa pemberitahuan yang jelas dan masuk akal (bagi mereka) mana yang tidak sopan dan mana yang tidak bermoral.

Kebenaran hanya milik Allah, kita hanya wajib berikhtiar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...